Dinasti
Bani Umayyah merupakan sebuah dinasti yang membentuk pemerintahan monarki atau
dinasti. Mereka mengubah sistem pemerintahan yang demokratis menjadi monarki.
Dinasti Bani Umayyah mempunyai kekuasaan politik yang besar dan mempengaruhi
perkembangan politik dan ilmu pengetahuan dalam pembentukan pemerintahan
Islam.
Dinasti
ini mendapatkan kekuasaan melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak
dengan pemilihan atau suara terbanyak seperti yang dilakukan dalam sistem
demokratis. Dinasti Bani Umayyah mempunyai periode pemerintahan yang sangat
kemajuan dan kemajuan, tetapi juga mempunyai akhir kekuasaan.
Ekspansi
dan Kekuatan Politik - Dinasti Bani Umayyah berhasil memperluas kekhalifahan
dari Spanyol hingga India, yang membawa masuknya berbagai budaya dan tradisi ke
dalam dunia Islam. Arsitektur Megah dan Keindahan Seni - Bani Umayyah dikenal
dengan kemegahan arsitektur dan seni, seperti arsitektur yang mencakup masjid,
palangkaraya, dan pemandangan alam yang indah.
Bidang
militer dan kekuasaan Di bidang militer, Bani Umayyah melebarkan sayap ekspansi
dengan menguasai sebagian dari wilayah benua Asia, Afrika, dan Eropa. Wilayah
yang masuk kekuasaan Islam meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika
Utara, Jazirah Arab, Suriah, Palestina, sebagian Anatolia, Irak, Iran,
Afghanistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kirgizstan, dan sebagian wilayah India
serta Perancis.
Kemajuan
Militer, Politik, Sosial, dan Budaya - Kemajuan yang dicapai oleh Bani Umayyah
mencakup berbagai bidang, mulai dari militer, politik, hingga sosial dan
budaya. Kerajaan yang Dipahami - Dinasti ini mendapatkan kekuasaan melalui
kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak dengan pemilihan atau suara
terbanyak seperti yang dilakukan dalam sistem demokratis
Pembentukan
Peradaban Islam - Masa kekhalifahan Bani Umayyah memberikan kontribusi besar
terhadap perkembangan peradaban Islam, seperti ekspansi wilayah kekuasaan
Islam, arsitektur, seni, serta ekonomi dan pengetahuan
Bidang
politik dan pemerintahan Bani Umayyah memiliki tata pemerintahan yang sama
sekali baru untuk memenuhi tuntutan perkembangan wilayah dan administrasi
kenegaraan yang semakin kompleks. Khalifah mengangkat majelis penasihat sebagai
pendamping dan dibantu oleh lima sekretaris yang memiliki tugas
masing-masing.
Selain
itu, dari 14 khalifah yang pernah memimpin Bani Umayyah, beberapa di antaranya
juga melahirkan terobosan baru di bidang pemerintahan. Khalifah Muawiyah
misalnya, yang mendirikan dinas pos, mencetak mata uang, dan mengembangkan
jabatan hakim sebagai profesi. Abdul Malik bin Marwan, dikenal sebagai khalifah
yang pertama kali membuat mata uang dinar dari emas sebagai pengganti mata uang
asing (Bizantium dan Persia).
Ia
juga membenahi administrasi pemerintahan dan memberlakukan bahasa Arab sebagai
bahasa resmi administrasi pemerintahan Islam. Sedangkan pada masa Al-Walid bin
Abdul Malik dan Umar bin Abdul Aziz, pembangunan dalam negeri menjadi prioritas
kekhalifahan. Pada masa itu, dibangun jalan raya, pabrik, gedung pemerintahan,
dan masjid yang megah.
Dinasti
Bani Umayyah telah mencapai beberapa kemajuan di bidang politik, seperti:
1.
Pembentukan
Institusi Politik - Dinasti Bani Umayyah merupakan pionir dalam pembentukan
institusi politik, seperti undang-undang pemerintahan, dewan mentri, lembaga
sekretariat negara, jawatan pos dan giro, serta penasihat-penasihat khusus
bidang politik
2.
Organisasi
Politik - Dinasti Bani Umayyah membentuk organisasi politik yang terdiri dari
jabatan Khalifah (kepala negara), wizarah (kementerian), kitabah
(kesekretariatan), hijabah (pengawal pribadi Khalifah), lembaga keuangan, tata
usaha, kehakiman, dan ketentaraan
3.
Pengelolaan
Baitul Maal - Dinasti Bani Umayyah mempertahankan pengelolaan baitul maal,
yaitu pemasukan dan pengeluaran dari hasil pajak pengahasilan tanah pertanian
(kharrai) dan pajak individu bagi masyarakat non-Muslim \
4.
Tata
Negara Teratur - Dinasti Bani Umayyah mendirikan beberapa departemen, seperti
Diwan al Kharraj (departemen pajak), Diwan al Rasail (departemen pos dan
persuratan), Diwan al Musytaghillat (departemen kepentingan umum), dan Diwan al
Khatim (departemen pengarsipan)
5.
Pengembangan
Ilmu Pengetahuan - Dinasti Bani Umayyah menjadi tongkak awal perkembangan
beberapa ilmu pengetahuan dan menjadi tonggak awal kegiatan penerjemahan dalam
sejarah Islam
Pada masa Bani Umayyah,
pendidikan Islam berkembang pesat dan menjadi sangat penting. Pendidikan di
masa ini merupakan terusan dari metode dan jalan pendidikan yang dilaksanakan
pada masa Rasulullah dan para Khulafaurrasyidin, atau dapat dikatakan oleh para
ahli, pendidikan tradisionalisme.
Pendidikan
Islam pada masa Dinasti Umayyah hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa
al-Rasyidin. Meskipun
tidak ditemukan visi pendidikan yang eksplisit, namun dari berbagai petunjuk
bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan
dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam.
Pada
masa ini, pendidikan Islam menggunkan terutama sekali surau dan masjid sebagai
pusat pendidikan. Selain
itu, pengajaran bahasa asing menjadi suatu keharusan bagi pendidikan Islam di
masa itu, bahkan semenjak kemunculan Islam pertama kali dalam rangka memenuhi
universalitas agama Islam. Dinasti Umayyah juga memberikan perhatian yang
sangat besar terhadap keotentikan pendidikan Islam.
Salah
satu khalifah yang terkenal sebagai penguasa yang cinta ilmu adalah Abdul
Rahman III, yang memerintah dari tahun 912 hingga 961 Masehi. Ia mengundang
para ahli dari dunia Islam lainnya ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di sana menjadi kian semarak.
Pada
masa Bani Umayyah, pendidikan Islam mengalami perkembangan yang signifikan.
Beberapa perkembangan pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah antara lain:
1.
Penggunaan
surau dan masjid sebagai pusat pendidikan Islam.
2.
Pengajaran
bahasa asing menjadi suatu keharusan bagi pendidikan Islam di masa itu.
3.
Perluasan
daerah Islam yang sangat luas sampai ke timur dan barat.
4.
Pendidikan
Islam pada masa Dinasti Umayyah hampir sama dengan pendidikan pada masa Khulafa
al-Rasyidin.
5.
Pemerintah
Dinasti Umayyah memberikan perhatian yang sangat besar terhadap keotentikan
pendidikan Islam.
6.
Pada
masa Dinasti Umayyah, mesjid dijadikan sebagai pusat aktivitas ilmiah.
Pola pendidikan bersifat
desentrasi artinya pendidikan tidak hanya terpusat di Ibu Kota Negara saja
tetapi sudah dikembangkan secara otonom di daerah yang telah dikuasai seiring
dengan ekspansi teritorial.
Dengan perkembangan
pendidikan Islam pada masa Bani Umayyah, pendidikan Islam semakin berkembang
dan menjadi penting bagi masyarakat Islam pada masa itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar