Tantangan mendasar
yang dihadapi oleh sistem pendidikan Islam mencakup
beberapa aspek:
1. Mampukah sistem pendidikan Islam menjadi pusat keunggulan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) yang bebas nilai
2. Mampukah sistem pendidikan menjadi agen pembaharuan pemikiran Islam
yang responsif terhadap tantangan zaman, sambil mempertahankan aspek dogmatis
yang esensial?
3. Mampukah pendidikan Islam mengembangkan kepribadian yang benar-benar
beriman dan bertakwa kepada Allah, sambil mengasah kemampuan berpikir ilmiah
yang tidak terbatas?
a) Tantangan Pendidikan Islam
Tantangan dalam pendidikan Islam harus diantisipasi agar
pendidikan dapat dijalankan sesuai dengan misi dan tujuannya. Jika tantangan
dapat dihadapi dengan baik, seringkali mereka menjadi peluang yang berharga.
Namun, jika tidak, tantangan tersebut dapat mengganggu pelaksanaan misi dan
tujuan pendidikan Islam.
Tantangan pendidikan Islam telah ada sejak masa Orde Lama
hingga masa reformasi sekarang. Tantangan saat ini sejalan
dengan peran yang harus dimanfaatkan oleh umat Islam untuk
berpartisipasi dalam penataan seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial,
politik, budaya, pendidikan, dan lainnya, dengan cara yang lebih demokratis,
transparan, adil, jujur, dan manusiawi melalui konsep masyarakat madani
berbasis al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Tantangan lainnya berkaitan dengan dampak
globalisasi dunia, didukung oleh kemajuan Iptek, terutama teknologi informasi
dan komunikasi.
Kehidupan masa depan ditandai oleh kemajuan Iptek dengan
dampak multidimensional, membutuhkan pendidikan Islam yang mampu melahirkan
individu yang siap menghadapi tantangan hidup, bukan hanya menjadi anggota
workforce. Pendidikan Islam harus mampu menciptakan individu yang berorientasi
ke depan, progresif, mampu membuat pilihan yang tepat, dan memiliki perencanaan
yang baik. Mereka juga harus memiliki keseimbangan antara penggunaan otak kiri
dan otak kanan.
Lulusan pendidikan Islam saat ini dan masa depan harus
memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dengan benar, mempengaruhi diri
sendiri, dan membangun kemitraan dengan sesama. Mereka harus terbuka terhadap
inovasi dan perubahan, berorientasi demokratis, rasional, dan percaya pada
kemampuan Iptek. Mereka juga harus menjunjung tinggi keadilan dan efektivitas
dalam berprestasi.
Abuddin Nata menyebutkan lima kecenderungan tantangan
yang dihadapi pendidikan Islam di era kekinian:
1. Integrasi ekonomi yang mengubah pendidikan menjadi komoditas yang diperdagangkan.
2. Fragmentasi politik yang meningkatkan tuntutan
masyarakat akan layanan yang adil, demokratis, dan
transparan.
3. Penggunaan teknologi tinggi,
terutama teknologi komunikasi dan informasi, yang
menuntut pelayanan yang cepat dan transparan.
4. Interdependensi, di mana seseorang memenuhi kebutuhannya dengan bantuan
orang lain.
5. Penjajahan baru dalam bidang kebudayaan, yang mengubah mindset masyarakat
tentang tujuan belajar dan karier.
Tantangan ini menekankan
perlunya reformasi dalam pendidikan Islam untuk mengikuti perkembangan zaman
dan memenuhi kebutuhan masyarakat secara efektif.
b) Peluang Pendidikan Islam
Peluang pendidikan Islam pada masa kini menawarkan beberapa
aspek yang harus diambil dan dimanfaatkan secara optimal oleh para penggiat
pendidikan. Di antara peluang-peluang tersebut adalah:
1. Peningkatan Fungsi dan Peran: Dengan diperluasnya fungsi dan peran
lembaga pendidikan Islam sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, peluang bagi penyelenggara pendidikan Islam
semakin terbuka lebar. Hal ini memerlukan pemanfaatan potensi yang ada dengan
baik.
2. Peningkatan Persaingan dan Antisipasi Agama: Seiring dengan era
globalisasi, kompleksitas pemikiran manusia semakin meningkat. Dalam kondisi
ini, sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai agama menjadi penting, meskipun
tantangannya adalah bagaimana mengkomunikasikan konsep agama secara
komprehensif dalam konteks yang rasional.
3. Pengembangan Kelembagaan: Peluang untuk meningkatkan peran lembaga
pendidikan Islam dalam pengembangan masyarakat memerlukan manajemen yang baik sesuai dengan
perkembangan zaman. Fokusnya
adalah memperluas bidang
kerja dan meningkatkan kualitas proses dan output pendidikan.
4. Kerjasama: Di era globalisasi, kerjasama antarlembaga pendidikan sangat
penting untuk menghadapi tantangan kompetitif. Kerjasama ini harus
menguntungkan semua pihak dan membantu dalam menciptakan iklim kompetisi yang
adil.
Pada tahun 2015, Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) membawa
empat fokus utama yang dapat dijadikan momentum baik bagi Indonesia. Ini
termasuk pembentukan wilayah pasar dan produksi bersatu, tingkat kompetisi yang
tinggi, perkembangan ekonomi yang merata dengan prioritas pada Usaha Kecil
Menengah (UKM), dan integrasi penuh terhadap perekonomian global. MEA menjadi
penting untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antar-negara ASEAN dan
mengembangkan konsep meta-nasional dalam rantai suplai makanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar